Minggu, 26 April 2015

STATISTIK


DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN

1.       Latar Belakang

Dalam ilmu statistik kita selalu mengenal ukuran mean (rataan), median (nilai tengah)  dan modus (nilai terbanyak). Ketiga ukuran ini merupakan ukuran average (rata-rata) dalam  kelompok ukuran pemusatan (central tendency). Ketiga ukuran statistik ini pun banyak dijumpai penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menggambarkan sekelompok data kita sering  menyatakannya dalam mean, median ataupun modusnya.
Mean atau rataan adalah jumlah seluruh data (sum) dibagi dengan banyaknya data. Sedangkan median adalah nilai yang tepat berada di tengah-tengah sekelompok data setelah data kita diurutkan menurut besarnya. Terakhir modus adalah nilai/data yang paling tinggi frekwensi kemunculannya dalam kelompok data yang kita miliki tersebut.  Meskipun  memiliki  definisi  yan berbeda-beda,  penggunakan  ketiga ukuran ini memiliki makna dan maksud yang sama yaitu  untuk mewakili ukuran rata-rata (pusat) dari sejumlah data.
Lalu apa perbedaan ketiga ukuran ini? Perbedaannya adalah pada kapan kita harus   menggunaka ketiga   ukura ini Berikut   ini   beberapa   kondis yang menggambarkan penggunaan ketiga ukuran ini:
1.         Skala pengukuran:
Untuk data dengan skala pengukuran interval, pada dasarnya ketiga ukuran di  atas dapat digunakan. Namun akan lebih baik menggunakan ukuran mean jika jumlah data kita sangat sedikit. Untuk jumlah data yang sangat  banyak  biasanya  data  dibuat  dulu  menjadi  data  berkelompok kemudian baru dihitung ketiga ukuran tersebut.
Jika skala pengukuran data berupa ordinal, maka ukuran yang bisa digunaka hanya  median  dan  modus,  sedangkan  mean  tidak  dapat digunakan.Untuk skala pengukuran nominal, ukuran yang bisa digunakan hanyalah  modus,  sedangkan  du ukuran  yang  lainnya  tidak  dapat digunakan.

2.         Bentuk distribusi frekuensi
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran yang tepat adalah bentuk  distribusi frekuensi. Dalam distribusi normal (sempurna), ketiga ukuran memiliki letak yang sama. Mean menjadi tidak akurat digunakan pada  distribusi  yang  menceng.  Dalam  kondisi  seperti  itu  lebih  baik menggunakan median.

2.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini terinci sebagai berikut:
1.    Apa saja kekurangan dan kelebihan rata – rata, median dan modus ?
2.    Apa saja hubungan antara rata – rata, median, dan modus ?

3.       Tujuan Penulisan

1.    Mengetahui kekurangan dan kelebihan rata – rata, median dan modus.
2.    Mengetahui hubungan antara rata – rata, median, dan modus.




BAB II

PEMBAHASAN

1.       Pengertian Statistik dan Statistika

Statistik adalah kumpulan angka yang sering disusun, diatur, atau disajikan ke dalam bentuk daftar/tabel, sering pula daftar atau tabel tersebut disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut diagram atau grafik. Data yang diperoleh itu dapat berupa bilangan yang melukiskan suatu persoalan.
Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau penganalisaannya dan penarikan kesimpulan atau interprestasi terhadap hasil analisis kumpulan data tersebut. Statistika dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu statistika deskriptif dan statistika  inferensia. Statistika deskriptif adalah metode yang berkaitandengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistika deskriptif ini menggambarkan dan menganalisa data dalam suatu kelompok tanpa membuat/ menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar. Sedangkan pengertian statistika inferensia adalah metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data untuk kemudian sampai pada peramalan atau penarikan kesimpulan tentang seluruh gugus data induknya. Dalam statitistik inferensial berkaitan dengan kondisi-kondisi dimana data dari sampel dianalisis tersebut ditarik kesimpulan untuk populasi dari mana sampel tersebut diambil.

2.       Data dalam Statistik

Data adalah ukuran dari variabel. Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel (atau populasi). Data dapat diklasifikasikan menurut jenis, menurut dimensi waktu, dan menurut sumbernya.

Menurut jenisnya, data terdiri dari :
a.         Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuantitatif dapat dibedakan menjadi:
1)        Data interval, yaitu data yang diukur dengan jarak di antara dua titik pada skala yang sudah diketahui. Sebagai contoh: IPK mahasiswa (interval 0 hingga 4); usia produktif (interval 15 hingga 55 tahun); suhu udara dalam Celcius (interval 0 hingga 100 derajat).
2)        Data rasio, yaitu data yang diukur dengan suatu proporsi. Sebagai contoh: persentase jumlah pengangguran di Propinsi Sumatera Utara; tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2000; persentase penduduk miskin di Sumatera Utara; pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara
b.         Data kualitatif, adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik. Namun karena dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantifikasi agar dapat diproses. Kuantifikasi dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan data dalam bentuk kategori. Data kualitatif dapat dibedakan menjadi:
1)        Data nominal, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kategori. Sebagai contoh, industri di Indonesia oleh Biro Pusat Statistik digolongkan menjadi:
a)        Industri rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerjanya 1-4 orang, yang diberi kategori 1.
b)        Industri kecil, dengan jumlah tenaga 5-19 orang, yang diberi kategori 2.
c)        Industri menengah, dengan jumlah tenaga kerja 20-100 orang, yang diberi kategori 3.
d)       Industri besar, dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang, yang diberi kategori 4.
2)        Data ordinal, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kategori, namun posisi data tidak sama derajatnya karena dinyatakan dalam skala peringkat. Sebagai contoh, dalam skala likert.

Menurut sumbernya, data terdiri dari :
a.         Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan sendiri pengumpulan terhadap obyek.
b.         Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari olahan data primer
c.         Data Tersier yaitu data yang diperoleh dari olahan data sekunder.
d.        Data Kuarter yaitu data yang diperoleh dari data tersier yang telah diolah terlebih dahulu.

3.       Pengertian Populasi

Menurut Sugiyono (2001: 55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.

4.       Pengertian Sampel

Menurut Sugiyono, Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

5.       Pengertian Variabel

Menurut Sugiarto, Variabel adalah karakter yang akan diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu atribut dari sekelompok objek dengan ciri adanya variasi antara satu objek dengan objek yang lain dalam kelompok tertentu.

6.       Cara Pengumpulan Data

Secara umum ada tiga cara untuk mengumpulkan data, yaitu pertama melalui metode observasi, metode wawancara, dan metode kuesioner.

a.         Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
1)         Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
2)         Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
3)         Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya.Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1)        Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
2)        Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.

b.         Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
1)        Wawancara Tatap Muka
Kelebihan :
·           Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
·           Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru
·           Bisa membaca isyarat non verbal
·           Bisa memperoleh data yang banyak
Kekurangan :
·           Membutuhkan waktu yang lama
·           Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah
·           Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
·           Pewawancara perlu dilatih
·           Bisa menimbulkan bias pewawancara
·           Responden bias menghentikan wawancara kapanpun

2)        Wawancara via phone
Kelebihan
·           Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
·           Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
·           Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)
Kelemahan
·           Isyarat non verbal tidak bisa dibaca
·           Wawancara harus diusahakan singkat
·           Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel

c.         Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya.Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.


7.       Penyajian Data

Ada dua cara penyajian data yang sering dilakukan, yaitu :
a.         Penyajian Data dalam Bentuk Tabel
b.         Penyajian Data dalam Bentuk Diagram

1)        Diagram Batang / HISTOGRAM
Diagram batang biasanya digunakan untuk menggambarkan data diskrit (data cacahan).Diagram batang adalah bentuk penyajian data statistik dalam bentuk batang yang dicatat dalam interval tertentu pada bidang cartesius.Ada dua jenis diagram batang, yaitu:
a)        diagram batang vertikal, dan
b)        diagram batang horizontal.
Diagram batang atau histogram merupakan salah satu jenis bentuk diagram yang digunakan untuk penyajian data. Disebut diagram batang karena terdiri dari beberapa batang yang disusun secara vertikal atau horisontal. Untuk menggambar diagram batang diperlukan dua sumbu yaitu sumbu mendatar (horizontal) dan sumbu tegak (vertikal) yang saling berpotongan secara tegak lurus.

2)        Diagram Garis
Diagram garis biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan yang berkesinambungan.Grafik atau diagram garis juga memerlukan sistem sumbu datar dan sumbu tegak yang saling berpotongan tegak lurus. Pada umumnya, sumbu datar menunjukkan waktu, sedangkan sumbu tegak menunjukkan data yang berubah menurut waktu.Seperti halnya diagram batang, diagram garis pun memerlukan sistem sumbu datar (horizontal) dan sumbu tegak (vertikal) yang saling berpotongan tegak lurus. Sumbu mendatar biasanya menyatakan jenis data, misalnya waktu dan berat.Adapun sumbu tegaknya menyatakan frekuensi data.

3)        Diagram Lingkaran
Untuk mengetahui perbandingan suatu data terhadap keseluruhan, suatu data lebih tepat disajikan dalam bentuk diagram lingkaran.Diagram lingkaran adalah bentuk penyajian data statistika dalam bentuk lingkaran yang dibagi menjadi beberapa juring lingkaran.
Diagram lingkaran merupakan salah satu penyajian data statistik yang berbentuk lingkaran. Biasanya diagram lingkaran dinyatakan dalam bentuk derajat atau persentase. Langkah-langkah membuat diagram lingkaran yakni: membuat sebuah lingkaran pada kertas kemudian membagi lingkaran tersebut menjadi beberapa juring lingkaran untuk menggambarkan kategori yang datanya telah diubah ke dalam derajat atau persentase.

4)        Diagram Gambar atau Piktogram
Menurut wikipedia, piktogram adalah suatu ideogram yang menyampaikan suatu makna melalui penampakan gambar yang menyerupai atau meniru keadaan fisik objek yang sebenarnya.Berikut di bawah ini merupakan contoh gambar piktogram.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcEDJR008LZiaGV6qLymkLxRdxebjDL4rYIGMI3JJ-4zIDKd5ZRLhmxQ38VNvvVWHd5YEbu2XJg5OEv83jQqK4O-6VsHJXXqaI6LLeGVNJFSVBXcXmsY7Swio5BRhxLxym1MkzN3o_kF4v/s1600/piktogram1.png
Piktogram ini bisa digunakan untuk menyajikan suatu data statistik yang sering disebut sebagai diagram gambar. Jadi, diagram gambar atau piktogram adalah bagan yang menampilkan data dalam bentuk gambar. Menyajikan data dalam bentuk piktogram merupakan cara yang paling sederhana.


8.       Tabel Distribusi

Beberapa istilah pada tabel frekuensi
·            INTERVAL KELAS adalah interval yang diberikan untuk menetapkan kelas-kelas dalam distribusi. Pada tabel 2.1, interval kelasnya adalah 60-62, 63-65, 66-68, 69-71 dan 72-74. Interval kelas 66-68 secara matematis merupakan interval tertutup [66, 68], ia memuat semua bilangan dari 66 sampai dengan 68. Bilangan 60 dan 62 pada interval 60-62 disebut limit kelas, dimana angka 60 disebut limit kelas bawah dan angka 62 disebut limit kelas atas.
·            BATAS KELAS adalah bilangan terkecil dan terbesar sesungguhnya yang masuk dalam 60 – 62. Bilangan 59.5 dan 62.5 ini disebut batas kelas atau limit kelas sesungguhnya, kelas interval tertentu. Misalnya jika dalam pengukuran tinggi badan di atas dilakukan dengan ketelitian 0.5 in maka tinggi badan 59.5 in dan 62.5 in dimasukkan ke dalam kelas dimana bilangan 59.5 disebut batas kelas bawah dan 62.5 disebut batas kelas atas. Pada prakteknya batas kelas interval ini ditentukan berdasarkan rata-rata limit kelas atas suatu  interval kelas dan limit kelas bawah interval kelas berikutnya. Misalnya batas kelas 62.5 diperoleh dari (62+63)/2. Pemahaman yang sama untuk interval kelas lainnya.
·            LEBAR/PANJANG INTERVAL KELAS adalah selisih antara batas atas dan batas bawah batas kelas. Misalnya lebar intervl kelas 60-62 adalah 62.5–59.5 = 3
·            TANDA KELAS adalah titik tengah interval kelas. Ia diperoleh dengan cara membagi dua jumlah dari limit bawah dan limit atas suatu interval kelas. Contoh tanda kelas untuk kelas interval 66-68 adalah (66+68)/2 = 67.

9.       Prosedur Umum Membuat Tabel Frekuensi

Langkah-langkah penyusunan tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut.
a.         Menentukan jangkauan data (r) = data max – data min
b.         Menentukan banyak interval (K) dengan rumus "Sturgess" yaitu: K= 1 + 3,3 log n dengan n adalah banyak data. Banyak kelas harus merupakan bilangan bulat positif hasil pembulatan.
c.         Menentukan panjang interval kelas (I) dengan menggunakan rumus:
I = J/K
d.        Menentukan batas-batas kelas. Data terkecil harus merupakan batas bawah interval kelas pertama atau data terbesar adalah batas atas interval kelas terakhir.
e.         Memasukkan data ke dalam kelas-kelas yang sesuai dan menentukan nilai frekuensi setiap kelas dengan sistem turus.
f.          Menuliskan turus-turus dalambilangan yang bersesuaian dengan banyak turus.

10.  Frekuensi Relatif dan Kumulatif

Frekuensi yang dimiliki setiap kelas pada tabel distribusi frekuensi bersifat mutlak.Adapun frekuensi relatif dari suatu data adalah dengan membandingkan frekuensi pada interval kelas itu dengan banyak data dinyatakan dalam persen.
Frekuensi relatif dirumuskan sebagai berikut.
Frekuensi relatif kelas ke-k = frekuensi kelas ke-k / banyak data
Frekuensi kumulatif kelas ke-k adalah jumlah frekuensi pada kelas yang dimaksud dengan frekuensi kelas-kelas sebelumnya.Ada dua macam frekuensi kumulatif, yaitu:
a.         frekuensi kumulatif "kurang dari" ("kurang dari" diambil terhadap tepi atas kelas);
b.         frekuensi kumulatif "lebih dari" ("lebih dari" diambil terhadap tepi bawah kelas).
Tepi atas = batas atas + ½ satuan pengukuran
Tepi bawah = batas bawah - ½ satuan pengukuran


11.  Histogram dan Poligon Frekuensi

Histogram merupakan diagram frekuensi bertangga yang bentuknya seperti diagram batang. Batang yang berdekatan harus berimpit.Untuk pembuatan histogram, pada setiap interval kelas diperlukan tepi-tepi kelas.Tepi-tepi kelas ini digunakan unntuk menentukan titik tengah kelas yang dapat ditulis sebagai berikut.
Titik tengah kelas = ½ (tepi atas kelas + tepi bawah kelas)
Poligon frekuensi dapat dibuat dengan menghubungkan titik-titik tengah setiap puncak persegipanjang dari histogram secara berurutan.Agar poligon "tertutup" maka sebelum kelas paling bawah dan setelah kelas paling atas, masing-masing ditambah satu kelas.
Contoh Soal :
Tabel distribusi frekuensi hasil ujian matematika Kelas XI SMA Cendekia di Kalimantan Barat diberikan pada Tabel 6.Buatlah histogram dan poligon frekuensinya.
Tablel 6.Tabel distribusi frekuensi hasil ujian matematika SMA Cendekia.
Kelas Interval
Frekuensi
21–30
2
31–40
3
41–50
11
51–60
20
61–70
33
71–80
24
81–90
7
100

Jawaban :
Description: histogram
Gambar 4. Histogram hasil ujian matematika SMA Cendekia.

12.  Ogive (Ogif)

Grafik yang menunjukkan frekuensi kumulatif kurang dari atau frekuensi kumulatif lebih dari dinamakan poligon kumulatif.
Untuk populasi yang besar, poligon mempunyai banyak ruas garis patah yang menyerupai kurva sehingga poligon frekuensi kumulatif dibuat mulus, yang hasilnya disebut ogif.
Ada dua macam ogif, yaitu sebagai berikut.
a. Ogif dari frekuensi kumulatif kurang dari disebut ogif positif.
b. Ogif dari frekuensi kumulatif lebih dari disebut ogif negatif.
Contoh Soal :
Tabel 7.dan 8. berturut-turut adalah tabel distribusi frekuensi kumulatif "kurang dari" dan "lebih dari" tentang nilai ulangan Biologi Kelas XI SMA 3.
Tabel 7.Tabel distribusi frekuensi kumulatif "kurang dari" tentang nilai ulangan Biologi Kelas XI SMA 3.

Nilai
Frekuensi
< 20,5
0
< 30,5
2
< 40,5
5
< 50,5
16
< 60,5
36
< 70,5
69
< 80,5
93
< 90,5
100

Tabel 8.Tabel distribusi frekuensi kumulatif "lebih dari" tentang nilai ulangan Biologi Kelas XI SMA 3.

Nilai
Frekuensi
> 20,5
100
> 30,5
98
> 40,5
95
> 50,5
84
> 60,5
64
> 70,5
31
> 80,5
7
> 90,5
0

Pembahasan :

Ogif positif dan ogif negatif dari tabel tersebut
Description: kurva ogif positif dan negatif
Gambar 5. Kurva ogif positif dan negatif

13.  Ukuran Lokasi dan Ukuran Tendensi Sentral

Salah satu ukuran numerik yang penting adalah ukuran lokasi, yaitu suatu ukuran sepanjang garis horizontal yang letaknya ditengah distribusi data.Ukuran lokasi sekumpulan data adalah nilai yang representatif bagi keseluruhan nilai data atau dapat menggambarkan distribusi data itu, khususnya dalam hal letaknya (lokasinya).Nilai tersebut dihitung dari keseluruhan data bersangkutan sehingga cenderung terletak diurutan tengah atau pusat setelah data diurutkan menurut besarnya. Oleh karena itu, nilai tunggal tersebut sering dinamakan ukuran tendensi sentral (measures of central tendency) atau ukuran nilai sentral (measures of central value). Beberapa ukuran lokasi yang akan dibicarakan adalah mean, mean terbobot, median, kuartil dan modus.





a.         Ukuran Tendensi Sentral (Central Tendency Measurement)
1)        Rata-rata (Mean)
Data tunggal
Diketahui data : 3, 4, 5, 2, 6, 7, 4, 6, 3, 5. hitung nilai rata – ratanya!

Jawab :
Mean     = ∑Xi
     N
                                    = 3 + 4 + 5 + 2 + 6 + 7 + 4 + 6 + 3+ 5
                                                                   9
                                    =   45  
                                          9
                                    =   5

Data berkelompok
Ket :
f   = Frekuensi data
m = Nilai tengah
 
Mean = ∑(fi.mi)
                           ∑fi



Contoh menghitung rata  - rata data kelompok :
Nilai
f
m
1 -5
6 -10
11 – 15
16 – 20
21 – 25
26 – 30
31 – 35
36 – 40
41 – 45
46 - 50
3
7
4
3
7
9
6
7
8
6
3
8
13
18
23
28
33
38
43
48
60

Jawab :
Mean = ∑(fi.mi)
                                    ∑fi
                        = {(3.3)+(7.8)+(4.13)+(3.18)+(7.23)+(9.28)+(6.33)+
(7.38)+(8.43)+(6.48)}                    .
                                                             60
                        ={9+56+52+54+161+252+198+266+344+288}
                                                             60
                        = 1680
                             60
                        = 28

2)        Nilai Tengah (Median)
Data Tunggal
Med = (N+1)/2
Ket :
N = Jumlah data
Contoh :
Diketahui data :2, 3, 3, 4, 4, 5, 5, 6, 6, 7.
Med     = 10+1 / 2  = 5,5
Data ke-5,5 berada diantara angka 4 dan 5 maka ….
Med       = 4  +  5
                                                            2
= 4,5

Ket :
Lm = tepi bawah kelas median
N    = Jumlah Frekuensi
∑f = Frekuensi kumulatif diatas  
kelas median
fm  = Frekuensi kelas median
c     = interval kelas median

 
Data Kelompok
Med = Lm + ( N/2 - ∑f ) . C
                                                fm


Contoh:
Nilai
fm
F
 1 -5
6 -10
11 – 15
16 – 20
21 – 25
26 – 30
31 – 35
36 – 40
41 – 45
46 - 50
3
7
4
3
7
9
6
7
8
6
3
10
14
17
24
33
39
46
54
60
60

Kelas median
Jawab :
kelas median =1/2.n
             = ½.60
             = 30
Berada pada kelas 26-30
Lm = 26 - 0,5 = 25,5
N    = 60            
∑f   = 24
C     = 5                         
fm  = 9
Med       = Lm + ( N/2 - ∑f ) . C
                                 fm
= 25,5 + (60/2 – 24) . 5
                   9
=25,5 + (30 – 24) . 5
                 9
= 25,5 + 0,67 . 5
=25,5 +3,35=28,85
3)        Modus
Modus data tunggal :
Berapakah modus dari data berikut : 1,2,2,4 ,4 ,4,5 ,6 ,7,8 ,9 .
Jawab
Modus = 4 ,karena angka 4 muncul paling banyak yaitu 3 kali.

Modus data kelompok
Mod = Lmo +      d1       . c
                       d1 + d2
Ket :
Lmo = Tepi bawah kelas modus
d1     = selisih antara frekuensi kelas modus dengan
frekuensi kelas sebelum modus
d2     = selisih antara frekuensi kelas modus dengan
frekuensi kelas sesudah modus
c       = interval kelas modus

Contoh:
Nilai
fm
F
1 -5
6 -10
11 – 15
16 – 20
21 – 25
26 – 30
31 – 35
36 – 40
41 – 45
46 - 50
3
7
4
3
7
9
6
7
8
6
3
10
14
17
24
33
39
46
54
60
60




Kelas modus
Jawab :
Kelas modus 26 – 30
(karena memiliki frekuensi terbanyak = 9)
Lmo = 26 – 0,5 = 25,5
d1     = 9 – 7 = 2
d2    =  9 – 6 = 3
c       = 5

Mod       = Lmo + d1 .c
                     d1 + d2
=25,5 + 2.5
      2  +  3
= 25,5 + 0,4 . 5
= 25,5 + 2
= 27,5

14.  Kelebihan dan Kekurangan Rata-rata, Median dan Modus

a.         Rata-rata
Kelebihan
1)        Rata-rata lebih populer dan lebih mudah digunakan.
2)        Dalam satu set data, rata-rata selalu ada dan hanya ada satu rata-rata.
3)        Dalam penghitungannya selalu mempertimbangkan semua nilai data.
4)        Tidak peka terhadap penambahan jumlah data.
5)        Variasinya paling stabil.
6)        Cocok digunakan untuk data yang homogen.
Kelemahan
1)        Sangat peka terhadap data ekstrim. Jika data ekstrimnya banyak, rata-rata menjadi kurang mewakili (representatif).
2)        Tidak dapat digunakan untuk data kualitatif.
3)        Tidak cocok untuk data heterogen.
b.        Median
Kelebihan
1)        Tidak dipengaruhi oleh data ekstrim.
2)        Dapat digunakan untuk data kualitatif maupun kuantitatif.
3)        Cocok untuk data heterogen.
Kelemahan
1)        Tidak mempertimbangkan semua nilai data.
2)        Kurang menggambarkan rata-rata populasi.
3)        Peka terhadap penambahan jumlah data.
c.         Modus
Kelebihan
1)        Tidak dipengaruhi oleh data ekstrim.
2)        Cocok digunakan untuk data kuantitatif maupun kualitatif.
Kelemahan
1)        Modus tidak selalu ada dalam satu set data.
2)        Kadang dalam satu set data terdapat dua atau lebih modus. Jika hal itu terjadi modus menjadi sulit digunakan.
3)        Kurang mempertimbangkan semua nilai.
4)        Peka terhadap penambahan jumlah data.

15.  Hubungan Antara Rata-rata Hitung (Mean), Median dan Modus

·            Jika rata-rata, median dan modus memiliki nilai yang sama, maka nilai rata-rata, median dan modus akan terletak pada satu titik dalam kurva distribusi frekuensi. Kurva distribusi frekuensi tersebut akan terbentuk simetris.
Description: 1
·            Jika rata-rata lebih besar dari median, dan median lebih besar dari modus, maka pada kurva distribusi frekuensi, nilai rata-rata akan terletak di sebelah kanan, sedangkan median terletak di tengahnya dan modus di sebelah kiri. Kurva distribusi frekuensi akan terbentuk menceng ke kiri.
Description: 2
·            Jika rata-rata lebih kecil dari median, dan median lebih kecil dari modus, maka pada kurva distribusi frekuensi, nilai rata-rata akan terletak di sebelah kiri, sedangkan median terletak di tengahnya dan modus di sebelah kanan. Kurva distribusi frekuensi akan terbentuk menceng ke kanan.
Description: 3
·            Jika kurva distribusi frekuensi tidak simetris (menceng ke kiri atau ke kanan), maka biasanya akan berlaku hubungan antara rata-rata median dan modus sebagai berikut. Rata-rata – Modus = 3 (Rata-rata – Median)

16.  Kuartil

Istilah kuartil dalam kehidupan kita sehari-hari lebih dikenal dengan istilah kuartal.
Dalam dunia statistik, yang dimaksud dengan kuartil ialah titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh distribusi frekuensi ke dalam empat bagian yang sama besar, yaitu masing masing sebesar ¼ N. jadi disini akan kita jumpai tiga buah kuartil, yaitu kuartil pertama (Q1), kuartil kedua (Q2), dan kuartil ketiga (Q3). Ketiga kuartil inilah yang membagi seluruh distribusi frekuensi dari data yang kita selidiki menjadi empat bagian yang sama besar, masing-masing sebesar ¼ N, seperti terlihat dibawah ini
Jalan pikiran serta metode yang digunakan adalah sebagaimana yang telah kita lakukan pada saat kita menghitung median. Hanya saja, kalau median membagi seluruh distribusi data menjadi dua bagian yang sama besar, maka kuartil membagiseluruh distribusi data menjadi empat bagian yang sama besar. Jika kita perhatikan pada kurva tadi, maka dapat ditarik pengertian bahwa Q2 adalah sama dengan Median(2/4 N=1/2 N).
Untuk mencari Q1,Q2 dan Q3 digunakan rumus sebagai berikut:
  untuk data tunggal
     Q­­­­­n = 1 + ( n/4N-fkb)
                         fi
  untuk data kelompok
Qn = 1 + (n/4N-fkb)x i
                         Fi
Qn       = kuartil yang ke-n. karena titik kuartil ada tiga buah, maka n dapat
            diisi dengan bilangan: 1,2, dan 3.
1                    = lower limit ( batas bawah nyata dari skor atau interval yang
mengandung Qn).
N         = Number of cases.
Fkb      = frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor atau interval yang
            mengandung Qn.
Fi         = frekuensi aslinya (yaitu frekuensi dari skor atau interval yang
            mengandung Qn).
I           = interval class atau kelas interval.
Catatan:   - istilah skor berlaku untuk data tunggal.
                        - istilah interval berlaku untuk data kelompok.


1)        Contoh perhitungan kuartil untuk data tunggal
Misalkan dari 60 orang siswa MAN Jurusan IPA diperoleh nilai hasil EBTA bidang studi Fisika sebagaimana tertera pada table distribusi frekuensi berikut ini. Jika kita ingin mencari Q1, Q2, dan Q3 (artinya data tersebut akan kita bagi dalam empat bagian yang sama besar), maka proses perhitungannya adalah sebagai berikut:

Table 3.11. Distribusi frekuensi nilai hasil Ebta dalam bidang studi fisika dari 60 orang siswa MAN jurusan ipa, dan perhitungan Q1, Q2, dan Q3.
Nilai (x)
F
Fkb
46
45
44
43
42
41
40
39
38
37
36
35
2
2
3
5
F1 (8)
10
F1 (12)
F1 (6)
5
4
2
1
60= N
58
56
53
48
40
30
18
12
7
3
1

·           Titik Q1= 1/4N = ¼ X 60 = 15 ( terletak pada skor 39).
Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 38,50; fi = 6; fkb = 12
Q1 = 1 + ( n/4N-fkb) = 38,50 +(15-12)
                              Fi                             6
= 38,50 +0,50
= 39

·           Titik Q2= 2/4N = 2/4 X 60 = 30 ( terletak pada skor 40). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 39,50; fi = 12; fkb = 18
Q2 = 1 + ( n/4N-fkb) = 39,50 +(30-18)
                        Fi                            12
= 39,50 +1,0
= 40,50
·           Titik Q3= 3/4N = 3/4 X 60 = 45 ( terletak pada skor 42). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 41,50; fi = 8; fkb = 40
Q3 = 1 + ( n/4N-fkb) = 41,50 +(45-40)
                        Fi                            8
= 41,50+ 0,625
= 42,125

2)        Contoh perhitungan kuartil untuk data kelompok
Misalkan dari 80 orang siswa MAN jurusan IPS diperoleh skor hasil EBTA dalam bidan studi tata buku sebagaimana disajikan pada tabel distribusi frekuensi beikut ini ( lihat kolom 1 dan 2). Jika kita ingin mencari Q1, Q2, dan Q3, maka proses perhitungannya adalah sebagai berikut:
·           Titik Q1= 1/4N = ¼ X 80 = 20 ( terletak pada interval 35-39). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 34,50; fi = 7; fkb = 13, i= 5.
Q1 = 1 + ( n/4N-fkb)  Xi = 34,50 +(20-13)  X5
                        Fi                                   7
= 34,50 +5
= 39,50
·           Titik Q2= 2/4N = 2/4 X 80 = 40 ( terletak pada interval 45-49). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 44,50; fi = 17; fkb = 35, i= 5.
Q1 = 1 + ( n/4N-fkb)  Xi = 44,50 +(40-35)  X5
                        Fi                                 17
= 44,50 +1.47= 45,97
·           Titik Q3= 3/4N = 3/4 X 80 = 60 ( terletak pada interval 55-59). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 54,50; fi = 7; fkb = 59, i= 5.
Q1 = 1 + ( n/4N-fkb)  Xi = 54,50 +(55-59)  X5
                        Fi                                  7
= 54,50 + 0,71
= 55,21

Tabel 3.12.distribusi frekuensi skor-skor hasil EBTA bidang studi tata buku dari 80 orang siswa man jurusan ips, berikut perhitungan Q1,Q2, dan Q3.
Nilai (x)
F
Fkb
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
3
5
6
7
7
17
15
7
6
5
2
80
77
72
66
59
52
35
20
13
7
2
Total
80= N
-

Diantara kegunaan kuartil adalah untuk mengetahui simetris (normal) atau simetrisnya suatu kurva. Dalam hal ini patokan yang kita gunakan adalah sebagai berikut:
a)      Jika Q3-Q2 = Q2- Q1 maka kurvanya adalah kurva normal.
b)      Jika Q3-Q2 > Q2- Q1 maka kurvanya adalah kurva miring/ berat ke kiri(juling positif).
c)      Jika Q3-Q2 < Q2- Q1 maka kurvanya adalah kurva miring/ berat ke kanan(juling negatif).

17.  Desil

Desil ialah titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh distribusi frekuensi dari data yang kita selidiki ke dalam 10 bagian yang sama besar, yang masing-masing sebesar 1/10 N. jadi disini kita jumpai sebanyak 9 buah titik desil, dimana kesembilan buah titik desil itu membagi seluruh distribusi frekuensi ke dalam 10 bagian yang sama besar. Lambang dari desil adalah D. jadi 9 buah titik desil dimaksud diatas adalah titik-titik: D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7, D8, dan D9.
Perhatikanlah kurva dibawah ini:
Untuk mencari desil, digunakan rumus sebagai berikut:
Dn= 1 +(n/10N – fkb)
                        Fi
Untuk data kelompok:
Dn= 1+ (n/10N- fkb) xi
                        Fi
Dn     = desil yang ke-n (disini n dapat diisi dengan bilangan:1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
          8, atau 9.
1               = lower limit( batas bawah nyata dari skor atau interval yang
          mengandung desil ke-n).
N       = number of cases.
Fkb   = frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor atau interval yang
          mengandung desil ke-n.
Fi      = frekuensi dari skor atau interval yang mengandung desil ke-n, atau
          frekuensi aslinya.
I        =interval class atau kelas interval.

1)        Contoh perhitungan desil untuk data tunggal
Misalkan kita ingin mencari desil ke-1, ke-5, dan ke-9 atau D1, D5, dan D9 dari data yang tertera pada table yang telah dihitung Q1, Q2, dan Q3.


·           Mencari D1:
Titik D1= 1/10N= 1/10X60= 6 (terletak pada skor 37). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 5,50; fi= 4, dan fkb= 3.
D1= 1 + (1/10N-fkb) ---D1=36,50 (6-3)
                       Fi                                4
            = 36,25
·           Mencari D5:
Titik D5= 5/10N= 5/10X60= 30 (terletak pada skor 40). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 39,50; fi= 12, dan fkb= 18.
D1= 1 + (5/10N-fkb) ---D1=39,50 (30-18)
                       Fi                                  12
            = 40,50
·           Mencari D9:
Titik D9= 9/10N= 9/10X60= 54 (terletak pada skor 44). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 43,50; fi= 3, dan fkb= 53.
D1= 1 + (9/10N-fkb) ---D1= 43,50 (54-53)
                        Fi                                   3
            = 43,17

Tabel 3.13. Perhitungan desil ke-1, desil ke-5 dan desil ke-9 dari data yang tertera pada table (diatas)  kuartil.
Nilai (x)
F
Fkb
46
45
44
43
42
41
40
39
38
37
36
35
2
2
3
5
8
10
12
6
5
4
2
1
60= N
58
56
53
48
40
30
18
12
7
3
1

2)        Contoh perhitungan desil untuk data kelompok
Misalkan kita ingin mencari D3 dan D7 dari data yang tercantum pada table 3.12, proses perhitungannya adalah sebagai berikut:
Table 3.14. Perhitungan desil ke-3 dan desil ke-7 dari data yang tertera pada table 3.12.
Nilai (x)
F
Fkb
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
3
5
6
7
7
17
15
7
6
5
2
80
77
72
66
59
52
35
20
13
7
2
Total
80= N
-

·           Mencari D3:
Titik D3= 3/10N= 3/10X80= 24 (terletak pada interval 40-44). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 39,50; fi= 15, dan fkb= 20.
D3= 1 + (3/10N-fkb) xi=39,50 (24-20) x 5
                        Fi                           15
            = 39,50+ 20= 39,50 + 1,33= 40,83
                           15
·           Mencari D7:
Titik D7= 7/10N= 7/10X80= 56 (terletak pada interval 50-54). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 49,50; fi= 7, dan fkb= 52.
D7= 1 + (7/10N-fkb) xi=49,50 (50-54) x 5
                        Fi                            7
            = 49,50+ 20= 49,50 + 2,86= 40,83
                            7
Kegunaan desil ialah untuk menggolongkan-golongkan suatu distribusi data ke dalam sepuluh bagian yang sama besar, kemudian menempatkan subjek-subjek penelitian ke dalam sepuluh golongan tersebut.

18.  Persentil

Persentil yang biasa dilambangkan P, adalah titik atau nilai yang membagi suatu distribusi data menjadi seratus bagian yang sama besar. Karena itu persentil sering disebut ukuran perseratusan.
Titik yang membagi distribusi data ke dalam seratus bagian yang sama besar itu ialah titik-titik: P1, P2, P3, P4, P5, P6, … dan seterusnya, sampai dengan P99. jadi disini kita dapati sebanyak 99 titik persentil yang membagi seluruh distribusi data ke dalam seratus bagian yang sama besar, masing-masing sebesar 1/ 100N atau 1%, seperti terlihat pada kurva dibawah ini:
Untuk mencari persentil digunakan rumus sebagai berikut:
Untuk data tunggal:
Pn= 1 +(n/10N – fkb)
                      Fi
Untuk data kelompok:
Pn= 1+ (n/10N- fkb) xi
                      Fi
Pn        = persentil yang ke-n (disini n dapat diisi dengan bilangan-bilangan:1,
            2, 3, 4, 5, dan seterusnya sampai dengan 99.
1                    = lower limit( batas bawah nyata dari skor atau interval yang
mengandung persentil ke-n).
N         = number of cases.
Fkb      = frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor atau interval yang
            mengandung persentil ke-n.
Fi         = frekuensi dari skor atau interval yang mengandung persentil ke-n,
            atau frekuensi aslinya.
I           = interval class atau kelas interval.

Tabel. 3.15. Perhitungan persentil ke-5, persentil ke-20 dan persentil ke-75 dari data yang tertera pada tabel 3.13.
Nilai (x)
F
Fkb
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
3
5
6
7
7
17
15
7
6
5
2
80
77
72
66
59
52
35
20
13
7
2
Total
80= N
-

1)        Contoh perhitungan desil untuk data tunggal
Misalkan kita ingin mencari persentil ke-5 (P5), persentil ke-20 (P20), dan ke-75 (P75),dari data yang disajikan pada tabel 3.13 yang telah dihitung desilnya itu. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
·           Mencari persentil ke-5 (P5):
Titik P5= 5/10N= 5/10X60= 3 (terletak pada skor 36). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 35,50; fi= 2, dan fkb= 1.

P5= 1 + (5/10N-fkb) =36,50 +(3-1)
                      Fi                          2
            = 36,50
·           Mencari persentil ke-75 (P75):
Titik P75= 75/10N= 75/10X60= 45 (terletak pada skor 42). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 41,50; fi= 8, dan fkb= 40
P75= 1 + (75/10N-fkb) =41,50 +(45-40)
                        Fi                               8
            = 42,125
2)        Cara mencari persentil untuk data kelompok
Misalkan kembali ingin kita cari P35 dan P95 dari data yang disajikan pada tabel 3.14.
·           Mencari persentil ke-35 (P35):
Titik P35= 35/100N= 35/100X80= 28 (terletak pada interval 40-44). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 39,50; fi= 15, dan fkb= 20, i=5
P35= 1 + (35/100N-fkb) Xi =39,50 +(45-40) X 5
                        Fi                                      8
            = 39,50+2,67
            = 42,17
·           Mencari persentil ke-95 (P95):
Titik P95= 95/100N= 95/100X80= 76 (terletak pada interval 65-69). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 64,50; fi= 5, dan fkb= 72, i=5
P95= 1 + (95/100N-fkb) Xi =64,50 +(65-69) X 5
                        Fi                                      5
            = 64,50+4
            = 68,50


Tabel 3.16.Perhitungan persentil ke-35 dan persentil ke-95 dari data yang tertera pada tabel 3.14.
Nilai (x)
F
Fkb
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
3
5
6
7
7
17
15
7
6
5
2
80
77
72
66
59
52
35
20
13
7
2
Total
80= N
-

Kegunaan persentil dalam dunia pendidikan adalah:
a.         Untuk mengubah rawa score (raw data) menjadi standard score (nilai standar).
b.         Persentil dapat digunakan untuk menentukan kedudukan seorang anak didik, yaitu: pada persentil keberapakah anak didik itu memperoleh kedudukan ditengah-tengah kelompoknya.
c.         Persentil juga dapat digunakan sebagai alat untuk menetapkan nilai batas lulus pada tes atau seleksi.


BAB III

PENUTUP

Statistik adalah kumpulan angka yang sering disusun, diatur, atau disajikan ke dalam bentuk daftar/tabel, sering pula daftar atau tabel tersebut disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut diagram atau grafik. Data yang diperoleh itu dapat berupa bilangan yang melukiskan suatu persoalan.
Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau penganalisaannya dan penarikan kesimpulan atau interprestasi terhadap hasil analisis kumpulan data tersebut. Statistika dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu statistika deskriptif dan statistika  inferensia.
Data adalah ukuran dari variabel. Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel (atau populasi). Data dapat diklasifikasikan menurut jenis, menurut dimensi waktu, dan menurut sumbernya.
Ada dua cara penyajian data yang sering dilakukan, yaitu :
c.         Penyajian Data dalam Bentuk Tabel
d.        Penyajian Data dalam Bentuk Diagram


DAFTAR PUSTAKA


Anto Dajan. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jilid II. PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.
Aunuddin. 2005. Statistika: Rancangan dan Analisis Data. IPB Press. Bogor.
Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo. 1994. Statistik Induktif. BPFE Jogyakarta.Jogyakarta.
J. Supranto. 2001. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jilid 2. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Murray R. Spiegel dan I Nyoman Susila. 1984. Statistik. Erlangga. Jakarta.
Ronald E. Walpole dan Raymond H. Myers.1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuan.Terjemahan oleh RK.Sembiring.ITB Bandung. Bandung.
Sutrisno Hadi. 2004. Statistik. Jilid 1. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Suharyadi,& Purwanto. (2009). In Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.
Sudjana. (1991). In Statistika. Bandung: Tarsito.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar