BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
PROSES
AWAL KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan diawali
dengan tantangan sebagai aksioma. Ada tantangan, maka ada usaha untuk berpikir
kreatif dan bertindak inovatif. Sebaliknya, bila tidak ada usaha, maka tidak
akan menemukan tantangan. Sebenarnya dalam kehidupan kita, banyak tantangan
yang akan dihadapi, ada yang dapat diatasi atau dicari pemecahaannya dan ada
yang tidak dapat diatasi, bergantung pada kemauan dan kemampuan seseorang untuk menghadapi dan mengatasi
tantangan tersebut. Kekurangan, ketidaksempurnaan, kesulitan, ketinggalan,
ketiadaan kesempatan (peluang), ketidakpuasan, dan persaingan merupakan
tantangan dalam hidup yang pasti muncul kapan pun dan dimanapun.
Oleh karena itu,
seseorang akan berpikir kreatif untuk melahirkan ide-ide, gagasan, khayalan,
dan dorongan untuk berinisiatif. Semua tantangan pasti memiliki risiko, yaitu
kemungkinan berhasil atau tidak berhasil. Oleh sebab itu, wirausahawan adalah
orang yang berani menghadapi risiko dan menyukai tantangan. Ide kreatif dan inovatif
wirausahawan kadangkala akan muncul melalui proses imitasi (peniruan) dan
duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses berbeda (inovasi). Kemampuan
berinovasi wirausahawan dipengaruhi oleh berbagai factor, baik yang berasal dari
diri pribadi maupun dari lingkungan. Factor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah
dorongan untuk berprestasi, komitmen yang kuat, nilai – nilai pribadi,
pendidikan dan pengalaman yang dimiliki (terinternalisasi). Inovasi ini dipicu oleh
factor pemicu yang berasal dari lingkungan pada waktu inovasi, yaitu peluang,
model peran, dan aktivitas. Kewirausahaan muncul apabila memiliki motivasi,
komitmen (kesungguhan), nilai-nilaipribadi, pendidikan, dan pengalaman. Faktor pribadi
akan berkembang bila dipicu oleh lingkungan, seperti peluang, peran, aktivasi,
persaingan, sumberdaya, incubator, kebijakan pemerintah, pesaing, pelanggan,
pemasok, investor, dan banker lainnya.
Gambar 7.1 Model Proses Kewirausahaan
Seseorang bisa menjadi wirausahawan
yang sukses karena menyukai tantangan, berpikir kreatif, melakukan usaha yang
inovatif, dan berani menghadapi risiko dengan tahapan sbb:
1.
Dengan adanya tatantangan,
seorang wirausahawan akan berpikir kreatif dan berusaha inovatif. Orang yang
berpikir kreatif dan bertindak inovatif adalah orang yang produktif. Oleh sebab
itu, orang yang memiliki tantangan selalu berpikir kreatif, produktif, dan inovatif.
2.
Dengan adanya tantangan, akan ada
usaha. Sekali menemukan tantangan, maka tantangan berikutnya akan tumbuh.
Sehingga wirausahawan berfikir kreatif dan akan menghasilkan gagasan, khayalan,
imajinasi dan ide-ide untuk menghasilkan produk – produk inovatif. Inovasi dilakukan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dikenal dengan nilai
tambah. Nilai tambah akan menghasilkan daya saing dan akan menghasilkan peluang.
3.
Seseorang yang berpikir
(kreatif) dan bertindak (inovatif) merupakan orang yang produktif, yaitu orang
yang selalu berpikir dan bertindak untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda
(somethings new and different). Ini merupakan nilai tambah. Nilai tambah memproyeksikan
kualitas, dan kualitas memproyeksikan keunggulan. Keunggulan menghasilkan daya saing.
Daya saing merupaka peluang. Dengan demikian,
orang kreatif dan inovatif adalah orang yang produktif untuk menghasilkan sesuatu
yang berbeda, bernilai tambah, unggul, berkualitas, berdaya saing, memiliki banyak
peluang, dan identic dengan kesuksesan. Jadi, orang yang sukses adalah orang
yang suka tantangan, kreatif dan inovatif, produktif, menghasilkan nilai tambah
(new and different), berkualitas, unggul, memiliki daya saing, dan memiliki banyak
peluang.
Untuk menjadi wirausahawan,
ide dan kemampuan tidak cukup. Wirausahawan akan berhasil dan tangguh apabila ada
semangat dan kerja keras. Hal ini adalah modal utama yang menentukan wirausahawan
akan berhasil ataupun gagal. Usaha dan pekerjaan yang ditekuni harus sungguh-sungguh.
Keseriusan dan ketekunan inilah yang disebut dengan loyalitas, komitmen, dan tanggung
jawab.
Gambar 7.2 Persyaratan Utama yang harus dipenuhi
2.2.
PROSES
PERKEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
Menurut Carol Noore yang
dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses perkembangan kewirausahaan diawali dengan
adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal, seperti aspek pendidikan, sosiologi, organisasi,
kebudayaan, dan lingkungan. Faktor – faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, inovasi,
implementasi, dan pertumbuhan sehingga dapat membuat seseorang berkembang menjadi
wirausahawan yang besar (Soeharto Prawirokusumo, 1997:5) Secara internal,
inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai –
nilai, pendidikan, pengalaman. Sementara itu, faktor yang berasal dari lingkungan
yang mempengaruhi diantaranya modem peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu,
kewirausahaan berkembang, maju dan tumbuh melalui proses yang dipengaruhi oleh lingkungan,
organisasi, dan keluarga. Dalam suatu bagan, Carol Noore yang dimuat dalam buku
karya Biygrave (1996:3) mengemukakan faktor – faktor pemicu kewirausahaan dan
model proses kewirausahaan sebagai berikut :
Gambar 7.3 Model Proses Perkembangan Kewirausahaan
Penjelasan
:
1)
Fase Inovasi
Kewirausahaan
berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi
dan lingkungan. Faktor individu yang mempengaruhi inovasi adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan
risiko, nilai – nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Faktor eksternal
yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi inovasi adalahpeluang, model
peran, dan aktivitas.
2)
Fase Kejadian Pemicu
Setelah berinovasi
semakin merangsang untuk terus berproses dan timbulah kejadian pemicu. Kejadian
pemicu dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosiologi, dan lingkungan. Faktor pribadi
yang mempengaruhi kejadian pemicu meliputi pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai – nilai pribadi,
pendidikan, pengalaman, keberanian menghadapi risiko, ketidakpuasan, dan usia. Faktor
lingkungan yang memicu terdiri atas peluang, model peran, aktivitas,
persaingan, sumberdaya, inkubator, dan kejadian pemerintah. Faktor sosiologi
yang memicu terdiri atas jaringan, kelompok, orang tua, keluarga, dan model
peran.
3)
Fase Implementasi
Implementasi
dipengaruhi oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor pribadi yang
mempengaruhi implementasi terdiri atas visi, komitmen, manajer, pemimpin, dan wirausahawan.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi implementasi terdiri atas pesaing,
pelanggan, pemasok, investor, bankir, inkubator, sumberdaya, dan kebijakan pemerintah.
Faktor sosiologi yang mempengaruhi implementasi meliputi jaringan, kelompok,
orang tua, keluarga, dan model peran.
4)
Fase Pertumbuhan
Implementasi
mendorong pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan dipengaruhi oleh pribadi,
organisasi, dan lingkungan. Faktor pribadi yang mempengaruhi pertumbuhan terdiri
atas visi, komitmen, manajer, pemimpin, dan kewirausahawanan. Faktor organisasi yang mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan meliputi
kelompok, strategi, struktur, budaya, dan produk. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan terdiri atas pesaing, pelanggan, pemasok, investor,
dan bankir.
Ø Orang
yang berhasil dalam kewirausahaan adalah orang yang dapat menggabungkan nilai,
sifat utama (polasikap), dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan praktis. Jadi, pedoman, pengharapan, dan nilai, baik yang berasal dari
pribadi maupun kelompok, berpengaruh untuk membentuk perilaku kewirausahaan.
2.3.
PROSES
PERTUMBUHAN KEWIRAUSAHAAN
Pada umumnya, proses
pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil memiliki tiga ciri penting, yaitu
mencakup hal – hal sebagai berikut :
1.
Tahap Imitasi dan Duplikasi
Pada tahap ini, yaitu
proses imitasi dan duplikasi. Para wirausawan mulai meniru ide dari orang lain,
misalnya menciptakan jenis produk yang sudah ada, baik dari segi teknik
produksi, desain, pemrosesan, organisasi usaha, maupun pola pemasarannya.
Keterampilan pada tahap awal ini diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman
pribadi, baik dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Akan tetapi, tidak
sedikit pula wirausahawan yang berhasil karena mempraktikkan hasil
pengamatannya.
2.
Tahap Duplikasi dan Pengembangan
Para wirausahawan mulai
mengembangkan ide – ide barunya. Dalam tahap duplikasi produk, misalnya
wirausahawan mulai mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan
diferensiasi dengan desain sendiri, begitu pula dengan kegiatan organisasi
usaha dan pemasaran. Meskipun pada tahap ini terjadi perkembangan yang lambat
dan cenderung kurang dinamis, namun sudah ada sedikit perubahan. Misalnya
desain dan teknik yang cenderung monoton mungkin berubah tiga sampai lima tahun
sekali, pemasaran cenderung dikuasai bentuk – bentuk monopsoni oleh para
pedagang pengumpul, seperti usaha kecil oada umumnya. Beberapa wirausahawan ada
juga yang mengikuti model pemasaran dan cenderung berperan sebagai pengikut
pasar (market follower) dan beberapa
perusahaan lagi mengikuti kehendak pedagang pengumpul. Pada tahap ini, ada yang
gagal dan hanya mampu berimitasi, dan ini belum menjadi wirausahawandan kurang
memaksimalkan nilai tambah.
3.
Tahap Penciptaan Sendiri
Terhadap Barang dan Jasa Baru Yang Berbeda
Melalui ide – ide
sendiri, mereka menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan berbeda sampai terus
berkembang. Pada tahap ini, wirausahawan biasanya mulai merasakan kebosanan
dengan proses produksi yang ada, keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil
yang sudah ada, mulai timbul sehingga tercipta semangat dan keinginan untuk
mencapai hasil yang lebih unggul. Pada tahap ini organisasi usaha juga mulai
diperluas dengan skala yang lebih luas, penciptaan produk sendiri berdasarkan
pada pengamatan pasar dan kebutuhan konsumen serta adanya keinginan untuk
menjadi penantang, bahkan pemimpin pasar. Produk – produk unik yang digerakkan
oleh pasar mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang
ada. Beberapa industri kecil, misalnya industri sepatu dan konveksi mulai
menantang pasar, sedangkan industri lainnya yang menggunakan teknik produksi
tradisional dan semi modern masih menjadi pengikut pasar.
Dilihat dari prosesnya,
Zimmerer (1996: 15 – 16) membagi perkembangan kewirausahaan ke dalam dua tahap,
yaitu mencakup tahap – tahap sebagai berikut :
Tahap Awal
|
|
Tahap Pertumbuhan
|
A. Tujuan dan Perencanaan
|
||
· kesinambungan tujuan dan rencana
|
· Tumbuh sederhana, efisien, orientasi laba,
|
|
pokok (penciptaan ide - ide
pemasaran).
|
dan rencana langsung untuk
mencapainya.
|
|
|
|
|
B. Sifat atau Ciri -Ciri Kunci
Personal
|
||
1. Berfokus pada masa yang akan datang
|
1. Sama seperti tahap awal
|
|
dan usaha-usaha menengah
diarahkan
|
|
|
untuk jangka panjang
|
|
|
2. Pengambilan resiko moderat dengan
|
2. Sama seperti tahap awal
|
|
tingkat toleransi yang tinggi
|
|
|
terhadap perubahan dan
kegagalan.
|
|
|
3. kapasitas untuk menemukan ide-ide
|
3. Kapasitas untuk menempu selama
|
|
inovatif yang memberi
keputusan
|
pertumbuhan cepat, kemurnian
organisasi
|
|
pada konsumen
|
dan kemampuan berhitung
|
|
4. Pengetahuan teknik dan pengamalan
|
4. Pengetahuan manajerial dan pengalaman
|
|
inovasi pada bidangnya
|
dengan menggunakan orang lain
dan sumber
|
|
|
daya yang ada
|
|
|
|
|
C. Sifat untuk Desain
|
||
1. Struktur pola yang sederhana dan luas dengan
|
1. Struktur yang fungsional atau vertikal, akan
|
|
jaringan kerja komunikasi yang
luas
|
tetapi saluran komunikasi
informal sering
|
|
secara horizontral.
|
digunakan.
|
|
2. Ototritas pengambilan keputusan
|
2. Mendelegasikan otoritas pengambilan
|
|
dimiliki oleh wirausahawan.
|
keputusan kepada manajer level
kedua
|
|
3. informal dan sistem kontrol personal
|
3. Kuasi formal (yaitu tidak terlalu kompleks
|
|
|
atau bekerja sama) dalam
beroperasi.
|
2.4.
LANGKAH
MENUJU KEBERHASILAN
Dun Steinhoff & John
F. Burgess (1993) mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk
mencapai pengembangan dan keberhasilan berwirausaha sebagai berikut :
1.
Untuk menjadi wirausahawan yang
sukses, seseorang harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas serta kemauan
dan keberanian untuk menghadapi risiko, baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan
menghadapi risiko.
2.
Bila ingin sukses harus membuat
perencanaan usaha mengorganisasikan, dan menjalankannya. Agar usaha tersebut
berhasil, selain harus bekerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausahawan
harus maupun semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.
Sukses dalam berwirausaha tidak
diperoleh secara tiba-tiba atau instan dan secara kebetulan, menuju
kewirausahaan sukses menurut Dun Steinhoff & John F. Burgess (1993) yaitu :
1.
Memiliki
visi dan tujuan usaha.
2.
Berani
mengambil rikiso waktu dan uang.
3.
Merencanakan,
mengorganisasikan, dan menjalankan.
4.
Bekerja
keras.
5.
Membangun hubungan dengan karyawan, pelanggan, pemasok,
dan yang lainnya.
6.
Bertanggungjawab
atas kesuksesan dan kegagalan.
2.5.
FAKTOR
PENDORONG KEBERHASILAN KEWIRAUSAHAAN
Keberhasilan dalam kewirausahaan
ditentukan tiga faktor, yaitu yang mencakup hal-hal berikut :
1. Kemampuan dan kemauan. orang yang tidak memiliki
kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak
memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
2. Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak
memiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk bekerja keras dan orang
yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduannya tidak
akan menjadi wirausahawan yang sukses.
3. Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang,
sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang ada jika kita
menciptakan peluang itu sendiri, bukan mencari-cari menunggu peluang yang
datang kepada kita.
David C.McClelland (1961:
207) mengemukakan bahwa kewirausahaan ditentukan oleh motif berprestasi,
optimisme, sikap nilai, dan status perilaku kewirausahaan. Faktor yang
mempengaruhi perilaku kewirausahaan itu sendiri adalah faktor internal dan
eksternal. Faktor – faktor internal meliputi, hak kepemilikan, kemampuan, dan
insentif, sedangkan faktor eksternal meliputi, lingkungan.
Peggy Lambing dan Charles
R. Kuehl (2000: 63) mengemukakan tentang beberapa faktor kunci untuk
mengembangkan produk, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.
Lakukanlah
riset pasar secara memadai.
2.
Memuaskan
suatu kebutuhan.
3.
Memiliki
suatu keunggulan produk yang tinggi.
4.
Gunakanlah
harga dan kualitas yang tepat sejak pertama kali.
5.
Gunakanlah
saluran distribusi yang tepat.
2.6.
FAKTOR-FAKTOR
PENGHAMBAT KEWIRAUSAHAAN
Selain keberhasilan,
seorang wirausahawan juga selalu dibayangi oleh potensi kegagalan yang akan
memberikan lebih banyak pelajaran dibandingkan sekedar keuksesan. Menurut
Zimmerer (1996:14-15) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausahawan gagal
dalam menjalankan usaha barunya, yaitu sebagai berikut :
1. Tidak
kompeten dalam hal manajerial.
2. Kurang
berpengalaman, baik dalam kemampuan teknik, memvisualisasikan usaha,
mengkoordinasikan, mengelola sumber daya manusia, maupun mengintegraskan
operasi perusahaan.
3. Kurang
dapat mengendalikan keuangan.
4. Gagal
dalam perencanaan.
5. Lokasi
yang kurang memadai.
6. Kurangnya
pengawasan peralatan.
7. Sikap
yang kurang sunggguh-sungguh.
8. Ketidakmampuan
dalam melakukan peralihan/transisi kewirausaaan.
Selain faktor-faktor yang
membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer (1996: 17) mengemmukan beberapa
potensi yang membuat seseorang mundur
dari kewirausahaan, yaitu yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
Pendapatan yang tidak menentu.
2.
Kerugian akibat hilangnya modal
investasi.
3.
Perlu kerja keras dan waktu yang
lama.
4.
Kualitas kehidupan yang tetap
rendah meskipun usahanya telah berhasil.
Kegagalan juga dapat ditimbulkan oleh dasar
kelemahan yang bersumber pada sifat pribadi yang penuh keraguan, dan hidup
tanpa pedoman ataupun orintasi yang tegas, misalnya sebagai berikut :
1.
Suka meremehkan mutu.
2.
Suka menerobos atau mengambil
jalan pintas.
3.
Tidak memliki kepercayaan diri.
4.
Tidak disiplin.
5.
Suka mengabaikan tanggung jawab.
Di samping faktor-faktor tersebut, kemampuan
seseorang wirausahawan untuk meraih
sukses juga dipengaruhi oleh lingkungan dan pola pendidikan yang diperoleh dari
orang tua.
2.7.
KEUNTUNGAN
DAN KERUGIAN KEWIRAUSAHAAN
Keuntungan dan kerugian
berwirausaha identik dengan keuntungan pada usaha kecil milik sendiri. Peggy
Lambing dan Charles L.Kuehl (2000:19-20) mengemukakan keuntungan dan kerugian
berwirausaha sebagai berikut :
Keuntungan Kewirausahaan :
1.
Otonomi. Pengelolaan yang bebas
dan tidak terikat membuat wirausahawan menjadi seorang “bos” yang penuh
kepuasan.
2.
Tantangan awal dan perasaan
motif berprestasi. Tantangan awal atau perasaan bermotivasi yang tinggi
merupakan hal yang mengembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang
dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausahawan.
3.
Kontrol finansial. Wirausahawan
memiliki kebebasan untuk mengelola keuangan dan merasakan kekayaan sebagai
milik sendiri.
Kerugian Kewirausahaan :
1.
Pengorbanan personal. Pada
awalnya, wirausahawan harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit
sekali waktu yang tersedia untyuk kepentingan keluarga ataupun berkreasi karena
hampir sebagian besar waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
2.
Beban tanggung jawab. Wirausahawan
harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personal maupun
pengadaan dan pelatihan.
3.
Kecilnya margin keuntunngan dan
besarnya kemungkinan gagal. Karena wirausahawan menggunakan sumber dana
miliknya sendiri, margin laba/ keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil.
2.8.
FAKTOR
PENDORONG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN KEWIRAUSAHAAN
Ø Langkah
Menuju Keberhasilan Kewirausahaan
Sukses dalam berwirausaha
tidak diperoleh secara tiba-tiba atau instan dan secara kebetulan, menuju
kewirausahaan sukses menurut Dun Steinhoff & John F. Burgess (1993) yaitu :
1.
Memiliki visi dan tujuan usaha.
2.
Berani mengambil rikiso waktu
dan uang.
3.
Merencanakan, mengorganisasikan,
dan menjalankan.
4.
Bekerja keras.
5.
Membangun hubungan dengan karyawan, pelanggan, pemasok,
dan yang lainnya.
6.
Bertanggungjawab atas kesuksesan
dan kegagalan.
Ø Faktor-faktor
Pendorong Keberhasilan Kewirausahaan
Keberhasilan dalam kewirausahaan ditentukan
tiga faktor, yaitu yang mencakup hal-hal berikut :
1.
Kemampuan dan kemauan. orang
yang tidak memiliki kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki
kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi
wirausahawan yang sukses.
2.
Tekad yang kuat dan kerja keras.
Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk
bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekad
yang kuat, keduannya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
3.
Kesempatan dan peluang. Ada
solusi ada peluang, sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang
ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri, bukan mencari-cari menunggu
peluang yang datang kepada kita.
Ø Faktor-faktor
Penghambat Kewirausahaan
Selain keberhasilan,
seorang wirausahawan juga selalu dibayangi oleh potensi kegagalan yang akan
memberikan lebih banyak pelajaran dibandingkan sekedar keuksesan. Menurut
Zimmerer (1996:14-15) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausahawan gagal
dalam menjalankan usaha barunya, yaitu sebagai berikut :
1)
Tidak kompeten dalam hal
manajerial.
2)
Kurang berpengalaman, baik dalam
kemampuan teknik, memvisualisasikan usaha, mengkoordinasikan, mengelola sumber
daya manusia, maupun mengintegraskan operasi perusahaan.
3)
kurang dapat mengendalikan
keuangan.
4)
Gagal dalam perencanaan.
5)
Lokasi yang kurang memadai.
6)
Kurangnya pengawasan peralatan.
7)
Sikap yang kurang sunggguh-sungguh.
8)
Ketidakmampuan dalam melakukan
peralihan/transisi kewirausaaan.
Selain faktor-faktor yang
membuat kegagalan kewirausahaan , Zimmerer (1996: 17) mengemmukan beberapa
potensi yang membuat seseorang mundur
dari kewirausahaan, yaitu yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1)
Pendapatan yang tidak menentu.
2)
Kerugian akibat hilangnya modal
investasi.
3)
Perlu kerja keras dan waktu yang
lama.
4)
Kualitas kehidupan yang tetap
rendah meskipun usahanya telah berhasil.
Kegagalan juga dapat
ditimbulkan oleh dasar kelemahan yang bersumber pada sifat pribadi yang penuh
keraguan, dan hidup tanpa pedoman ataupun orintasi yang tegas, misalnya sebagai
berikut :
(1) Suka
meremehkan mutu.
(2)
Suka menerobos atau mengambil
jalan pintas.
(3)
Tidak memliki kepercayaan diri.
(4)
Tidak disiplin.
(5)
Suka mengabaikan tanggung jawab.
Di samping faktor-faktor
tersebut, kemampuan sesorang wirausajawan untuk meraih sukses juga dipengaruhi
oleh lingkungan dan pola pendidikan yang diperoleh dari orang tua.
Ø Keuntungan
dan Kerugian Kewirauhaan
Peggy Lambing dan Charles L.Kuehl
(2000:19-20) mengemukakan keuntungan dan kerugian berwirausaha sebagai berikut.
Keuntungan Kewirausahaan
(1) Otonomi
Pengelolaan. Yang bebas dan tidak terikat
membuat wirausahawan menjadi seorang “bos” yang penuh kepuasan.
(2) Tantangan
awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal atau perasaan bermotivasi
yang tinggi merupakan hal yang mengembirakan. Peluang untuk mengembangkan
konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausahawan.
(3) Kontrol
finansial. Wirausahawan memiliki kebebasan untuk mengelola keuangan dan
merasakan kekayaan sebagai milik sendiri.
Kerugian Kewirausahaan
(1) Pengorbanan
personal. Pada awalnya, wirausahawan harus bekerja dengan waktu yang lama dan
sibuk. Sedikit sekali waktu yang tersedia untuk kepentingan keluarga ataupun
berkreasi karena hampir sebagian besar waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
(2) Beban
tanggung jawab. Wirausahawan harus mengelola semmua fungsi bisnis, baik
pemasaran, keuangan, personal mauoun pengadaan dan pelatihan.
(3) Kecilnya
margin keuntunngan dan besarnya kemungkinan gagal. Karena wirausahawan
menggunakan sumber dana miliknya sendiri, margin laba/ keuntungan yang
diperoleh akan relatif kecil.