Senin, 08 Juni 2015

KEWIRAUSAHAAN



BAB II
PEMBAHASAN
2.1.            PROSES AWAL KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan diawali dengan tantangan sebagai aksioma. Ada tantangan, maka ada usaha untuk berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Sebaliknya, bila tidak ada usaha, maka tidak akan menemukan tantangan. Sebenarnya dalam kehidupan kita, banyak tantangan yang akan dihadapi, ada yang dapat diatasi atau dicari pemecahaannya dan ada yang tidak dapat diatasi, bergantung pada kemauan dan  kemampuan seseorang untuk menghadapi dan mengatasi tantangan tersebut. Kekurangan, ketidaksempurnaan, kesulitan, ketinggalan, ketiadaan kesempatan (peluang), ketidakpuasan, dan persaingan merupakan tantangan dalam hidup yang pasti muncul kapan pun dan dimanapun.
Oleh karena itu, seseorang akan berpikir kreatif untuk melahirkan ide-ide, gagasan, khayalan, dan dorongan untuk berinisiatif. Semua tantangan pasti memiliki risiko, yaitu kemungkinan berhasil atau tidak berhasil. Oleh sebab itu, wirausahawan adalah orang yang berani menghadapi risiko dan menyukai tantangan. Ide kreatif dan inovatif wirausahawan kadangkala akan muncul melalui proses imitasi (peniruan) dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses berbeda (inovasi). Kemampuan berinovasi wirausahawan dipengaruhi oleh berbagai factor, baik yang berasal dari diri pribadi maupun dari lingkungan. Factor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah dorongan untuk berprestasi, komitmen yang kuat, nilai – nilai pribadi, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki (terinternalisasi). Inovasi ini dipicu oleh factor pemicu yang berasal dari lingkungan pada waktu inovasi, yaitu peluang, model peran, dan aktivitas. Kewirausahaan muncul apabila memiliki motivasi, komitmen (kesungguhan), nilai-nilaipribadi, pendidikan, dan pengalaman. Faktor pribadi akan berkembang bila dipicu oleh lingkungan, seperti peluang, peran, aktivasi, persaingan, sumberdaya, incubator, kebijakan pemerintah, pesaing, pelanggan, pemasok, investor, dan banker lainnya.







Gambar 7.1   Model Proses Kewirausahaan


 












Seseorang bisa menjadi wirausahawan yang sukses karena menyukai tantangan, berpikir kreatif, melakukan usaha yang inovatif, dan berani menghadapi risiko dengan tahapan sbb:
1.      Dengan adanya tatantangan, seorang wirausahawan akan berpikir kreatif dan berusaha inovatif. Orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif adalah orang yang produktif. Oleh sebab itu, orang yang memiliki tantangan selalu berpikir kreatif, produktif, dan inovatif.

2.      Dengan adanya tantangan, akan ada usaha. Sekali menemukan tantangan, maka tantangan berikutnya akan tumbuh. Sehingga wirausahawan berfikir kreatif dan akan menghasilkan gagasan, khayalan, imajinasi dan ide-ide untuk menghasilkan produk – produk inovatif. Inovasi dilakukan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dikenal dengan nilai tambah. Nilai tambah akan menghasilkan daya saing dan akan menghasilkan peluang.

3.      Seseorang yang berpikir (kreatif) dan bertindak (inovatif) merupakan orang yang produktif, yaitu orang yang selalu berpikir dan bertindak untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda (somethings new and different). Ini merupakan nilai tambah. Nilai tambah memproyeksikan kualitas, dan kualitas memproyeksikan keunggulan. Keunggulan menghasilkan daya saing. Daya saing  merupaka peluang. Dengan demikian, orang kreatif dan inovatif adalah orang yang produktif untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, bernilai tambah, unggul, berkualitas, berdaya saing, memiliki banyak peluang, dan identic dengan kesuksesan. Jadi, orang yang sukses adalah orang yang suka tantangan, kreatif dan inovatif, produktif, menghasilkan nilai tambah (new and different), berkualitas, unggul, memiliki daya saing, dan memiliki banyak peluang.

Untuk menjadi wirausahawan, ide dan kemampuan tidak cukup. Wirausahawan akan berhasil dan tangguh apabila ada semangat dan kerja keras. Hal ini adalah modal utama yang menentukan wirausahawan akan berhasil ataupun gagal. Usaha dan pekerjaan yang ditekuni harus sungguh-sungguh. Keseriusan dan ketekunan inilah yang disebut dengan loyalitas, komitmen, dan tanggung jawab.
 





Gambar 7.2   Persyaratan Utama yang harus dipenuhi

2.2.            PROSES PERKEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses perkembangan kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, seperti aspek pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan. Faktor – faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, inovasi, implementasi, dan pertumbuhan sehingga dapat membuat seseorang berkembang menjadi wirausahawan yang besar (Soeharto Prawirokusumo, 1997:5) Secara internal, inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai – nilai, pendidikan, pengalaman. Sementara itu, faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya modem peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, kewirausahaan berkembang, maju dan tumbuh melalui proses yang dipengaruhi oleh lingkungan, organisasi, dan keluarga. Dalam suatu bagan, Carol Noore yang dimuat dalam buku karya Biygrave (1996:3) mengemukakan faktor – faktor pemicu kewirausahaan dan model proses kewirausahaan sebagai berikut :
Text Box: Organisasi :
• Kelompok
• Strategi
• Struktur
• Busaya
• Produk




Text Box: Pribadi :
• Wirausahawan
• Pemimpin
• Manajer
• Komitmen
• Visi


Text Box: Sosiologi :
• Jaringan
• Kelompok
• Orang tua
• Keluarga
• Model peran


Text Box: Pribadi :
• Pengambilrisiko
• Ketidakpuasan
• Pendidikan
• Usia
• Komitmen


Text Box: Pribadi :
• Pencapaianlocus of control
• Toleransi
• Pengambilrisiko
• Nilai-nilaipribadi
• Pendidikan
• Pengalaman

Gambar 7.3   Model Proses Perkembangan Kewirausahaan




 










Penjelasan :
1)      Fase Inovasi
Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi dan lingkungan. Faktor individu yang mempengaruhi inovasi adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai – nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Faktor eksternal yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi inovasi adalahpeluang, model peran, dan aktivitas.

2)      Fase Kejadian Pemicu
Setelah berinovasi semakin merangsang untuk terus berproses dan timbulah kejadian pemicu. Kejadian pemicu dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosiologi, dan lingkungan. Faktor pribadi yang mempengaruhi kejadian pemicu meliputi pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai – nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, keberanian menghadapi risiko, ketidakpuasan, dan usia. Faktor lingkungan yang memicu terdiri atas peluang, model peran, aktivitas, persaingan, sumberdaya, inkubator, dan kejadian pemerintah. Faktor sosiologi yang memicu terdiri atas jaringan, kelompok, orang tua, keluarga, dan model peran.
3)      Fase Implementasi
Implementasi dipengaruhi oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor pribadi yang mempengaruhi implementasi terdiri atas visi, komitmen, manajer, pemimpin, dan wirausahawan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi implementasi terdiri atas pesaing, pelanggan, pemasok, investor, bankir, inkubator, sumberdaya, dan kebijakan pemerintah. Faktor sosiologi yang mempengaruhi implementasi meliputi jaringan, kelompok, orang tua, keluarga, dan model peran.

4)         Fase Pertumbuhan
Implementasi mendorong pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan dipengaruhi oleh pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor pribadi yang mempengaruhi pertumbuhan terdiri atas visi, komitmen, manajer, pemimpin, dan kewirausahawanan. Faktor organisasi  yang mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan meliputi kelompok, strategi, struktur, budaya, dan produk. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan terdiri atas pesaing, pelanggan, pemasok, investor, dan bankir.

Ø  Orang yang berhasil dalam kewirausahaan adalah orang yang dapat menggabungkan nilai, sifat utama (polasikap), dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan praktis. Jadi, pedoman, pengharapan, dan nilai, baik yang berasal dari pribadi maupun kelompok, berpengaruh untuk membentuk perilaku kewirausahaan.

2.3.            PROSES PERTUMBUHAN KEWIRAUSAHAAN
Pada umumnya, proses pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil memiliki tiga ciri penting, yaitu mencakup hal – hal sebagai berikut :

1.      Tahap Imitasi dan Duplikasi
Pada tahap ini, yaitu proses imitasi dan duplikasi. Para wirausawan mulai meniru ide dari orang lain, misalnya menciptakan jenis produk yang sudah ada, baik dari segi teknik produksi, desain, pemrosesan, organisasi usaha, maupun pola pemasarannya. Keterampilan pada tahap awal ini diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman pribadi, baik dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Akan tetapi, tidak sedikit pula wirausahawan yang berhasil karena mempraktikkan hasil pengamatannya.

2.      Tahap Duplikasi dan Pengembangan
Para wirausahawan mulai mengembangkan ide – ide barunya. Dalam tahap duplikasi produk, misalnya wirausahawan mulai mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan desain sendiri, begitu pula dengan kegiatan organisasi usaha dan pemasaran. Meskipun pada tahap ini terjadi perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis, namun sudah ada sedikit perubahan. Misalnya desain dan teknik yang cenderung monoton mungkin berubah tiga sampai lima tahun sekali, pemasaran cenderung dikuasai bentuk – bentuk monopsoni oleh para pedagang pengumpul, seperti usaha kecil oada umumnya. Beberapa wirausahawan ada juga yang mengikuti model pemasaran dan cenderung berperan sebagai pengikut pasar (market follower) dan beberapa perusahaan lagi mengikuti kehendak pedagang pengumpul. Pada tahap ini, ada yang gagal dan hanya mampu berimitasi, dan ini belum menjadi wirausahawandan kurang memaksimalkan nilai tambah.

3.      Tahap Penciptaan Sendiri Terhadap Barang dan Jasa Baru Yang Berbeda
Melalui ide – ide sendiri, mereka menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan berbeda sampai terus berkembang. Pada tahap ini, wirausahawan biasanya mulai merasakan kebosanan dengan proses produksi yang ada, keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada, mulai timbul sehingga tercipta semangat dan keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul. Pada tahap ini organisasi usaha juga mulai diperluas dengan skala yang lebih luas, penciptaan produk sendiri berdasarkan pada pengamatan pasar dan kebutuhan konsumen serta adanya keinginan untuk menjadi penantang, bahkan pemimpin pasar. Produk – produk unik yang digerakkan oleh pasar mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri kecil, misalnya industri sepatu dan konveksi mulai menantang pasar, sedangkan industri lainnya yang menggunakan teknik produksi tradisional dan semi modern masih menjadi pengikut pasar.




Dilihat dari prosesnya, Zimmerer (1996: 15 – 16) membagi perkembangan kewirausahaan ke dalam dua tahap, yaitu mencakup tahap – tahap sebagai berikut :
Tahap Awal

Tahap Pertumbuhan
A.      Tujuan dan Perencanaan
· kesinambungan tujuan dan rencana

· Tumbuh sederhana, efisien, orientasi laba,
  pokok (penciptaan ide - ide pemasaran).

  dan rencana langsung untuk mencapainya.



B. Sifat atau Ciri -Ciri Kunci Personal
1. Berfokus pada masa yang akan datang

1. Sama seperti tahap awal
    dan usaha-usaha menengah diarahkan


     untuk jangka panjang


2. Pengambilan resiko moderat dengan

2. Sama seperti tahap awal
     tingkat toleransi yang tinggi


    terhadap perubahan dan kegagalan.


3. kapasitas untuk menemukan ide-ide

3. Kapasitas untuk menempu selama
     inovatif yang memberi keputusan

     pertumbuhan cepat, kemurnian organisasi
     pada konsumen

     dan kemampuan berhitung
4. Pengetahuan teknik dan pengamalan

4. Pengetahuan manajerial dan pengalaman
     inovasi pada bidangnya

     dengan menggunakan orang lain dan sumber


     daya yang ada



C. Sifat untuk Desain
1. Struktur pola yang sederhana dan luas dengan
1. Struktur yang fungsional atau vertikal, akan
    jaringan kerja komunikasi yang luas

     tetapi saluran komunikasi informal sering
   secara horizontral.

     digunakan.
2. Ototritas pengambilan keputusan

2. Mendelegasikan otoritas pengambilan
    dimiliki oleh wirausahawan.

    keputusan kepada manajer level kedua
3. informal dan sistem kontrol personal

3. Kuasi formal (yaitu tidak terlalu kompleks


    atau bekerja sama) dalam beroperasi.

2.4.            LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN
Dun Steinhoff & John F. Burgess (1993) mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk mencapai pengembangan dan keberhasilan berwirausaha sebagai berikut :

1.      Untuk menjadi wirausahawan yang sukses, seseorang harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas serta kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko, baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan menghadapi risiko.

2.      Bila ingin sukses harus membuat perencanaan usaha mengorganisasikan, dan menjalankannya. Agar usaha tersebut berhasil, selain harus bekerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausahawan harus maupun semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.

Sukses dalam berwirausaha tidak diperoleh secara tiba-tiba atau instan dan secara kebetulan, menuju kewirausahaan sukses menurut Dun Steinhoff & John F. Burgess (1993) yaitu :
1.      Memiliki visi dan tujuan usaha.
2.      Berani mengambil rikiso waktu dan uang.
3.      Merencanakan, mengorganisasikan, dan menjalankan.
4.      Bekerja keras.
5.      Membangun  hubungan dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan yang lainnya.
6.      Bertanggungjawab atas kesuksesan dan kegagalan.

2.5.            FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN KEWIRAUSAHAAN
Keberhasilan dalam kewirausahaan ditentukan tiga faktor, yaitu yang mencakup hal-hal berikut :
1.      Kemampuan dan kemauan. orang yang tidak memiliki kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.

2.      Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduannya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.

3.      Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang, sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri, bukan mencari-cari menunggu peluang yang datang kepada kita.

David C.McClelland (1961: 207) mengemukakan bahwa kewirausahaan ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai, dan status perilaku kewirausahaan. Faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan itu sendiri adalah faktor internal dan eksternal. Faktor – faktor internal meliputi, hak kepemilikan, kemampuan, dan insentif, sedangkan faktor eksternal meliputi, lingkungan.
Peggy Lambing dan Charles R. Kuehl (2000: 63) mengemukakan tentang beberapa faktor kunci untuk mengembangkan produk, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.      Lakukanlah riset pasar secara memadai.
2.      Memuaskan suatu kebutuhan.
3.      Memiliki suatu keunggulan produk yang tinggi.
4.      Gunakanlah harga dan kualitas yang tepat sejak pertama kali.
5.      Gunakanlah saluran distribusi yang tepat.

2.6.            FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KEWIRAUSAHAAN
Selain keberhasilan, seorang wirausahawan juga selalu dibayangi oleh potensi kegagalan yang akan memberikan lebih banyak pelajaran dibandingkan sekedar keuksesan. Menurut Zimmerer (1996:14-15) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausahawan gagal dalam menjalankan usaha barunya, yaitu sebagai berikut :
1.      Tidak kompeten dalam hal manajerial.
2.      Kurang berpengalaman, baik dalam kemampuan teknik, memvisualisasikan usaha, mengkoordinasikan, mengelola sumber daya manusia, maupun mengintegraskan operasi perusahaan.
3.      Kurang dapat mengendalikan keuangan.
4.      Gagal dalam perencanaan.
5.      Lokasi yang kurang memadai.
6.      Kurangnya pengawasan peralatan.
7.      Sikap yang kurang sunggguh-sungguh.
8.      Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausaaan.

Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer (1996: 17) mengemmukan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur  dari kewirausahaan, yaitu yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.    Pendapatan yang tidak menentu.
2.    Kerugian akibat hilangnya modal investasi.
3.    Perlu kerja keras dan waktu yang lama.
4.    Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya telah berhasil.

Kegagalan juga dapat ditimbulkan oleh dasar kelemahan yang bersumber pada sifat pribadi yang penuh keraguan, dan hidup tanpa pedoman ataupun orintasi yang tegas, misalnya sebagai berikut :
1.    Suka meremehkan mutu.
2.    Suka menerobos atau mengambil jalan pintas.
3.    Tidak memliki kepercayaan diri.
4.    Tidak disiplin.
5.    Suka mengabaikan tanggung jawab.

Di samping faktor-faktor tersebut, kemampuan seseorang wirausahawan untuk meraih sukses juga dipengaruhi oleh lingkungan dan pola pendidikan yang diperoleh dari orang tua.

2.7.            KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KEWIRAUSAHAAN
Keuntungan dan kerugian berwirausaha identik dengan keuntungan pada usaha kecil milik sendiri. Peggy Lambing dan Charles L.Kuehl (2000:19-20) mengemukakan keuntungan dan kerugian berwirausaha sebagai berikut :


Keuntungan Kewirausahaan :
1.      Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat wirausahawan menjadi seorang “bos” yang penuh kepuasan.

2.      Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal atau perasaan bermotivasi yang tinggi merupakan hal yang mengembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausahawan.

3.      Kontrol finansial. Wirausahawan memiliki kebebasan untuk mengelola keuangan dan merasakan kekayaan sebagai milik sendiri.

Kerugian Kewirausahaan :
1.      Pengorbanan personal. Pada awalnya, wirausahawan harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu yang tersedia untyuk kepentingan keluarga ataupun berkreasi karena hampir sebagian besar waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.

2.      Beban tanggung jawab. Wirausahawan harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personal maupun pengadaan dan pelatihan.

3.      Kecilnya margin keuntunngan dan besarnya kemungkinan gagal. Karena wirausahawan menggunakan sumber dana miliknya sendiri, margin laba/ keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil.

2.8.            FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN KEWIRAUSAHAAN
Ø  Langkah Menuju Keberhasilan Kewirausahaan
Sukses dalam berwirausaha tidak diperoleh secara tiba-tiba atau instan dan secara kebetulan, menuju kewirausahaan sukses menurut Dun Steinhoff & John F. Burgess (1993) yaitu :
1.      Memiliki visi dan tujuan usaha.
2.      Berani mengambil rikiso waktu dan uang.
3.      Merencanakan, mengorganisasikan, dan menjalankan.
4.      Bekerja keras.
5.      Membangun  hubungan dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan yang lainnya.
6.      Bertanggungjawab atas kesuksesan dan kegagalan.

Ø  Faktor-faktor Pendorong Keberhasilan Kewirausahaan
Keberhasilan dalam kewirausahaan ditentukan tiga faktor, yaitu yang mencakup hal-hal berikut :
1.      Kemampuan dan kemauan. orang yang tidak memiliki kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
2.      Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduannya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
3.      Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang, sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri, bukan mencari-cari menunggu peluang yang datang kepada kita.

Ø  Faktor-faktor Penghambat Kewirausahaan
Selain keberhasilan, seorang wirausahawan juga selalu dibayangi oleh potensi kegagalan yang akan memberikan lebih banyak pelajaran dibandingkan sekedar keuksesan. Menurut Zimmerer (1996:14-15) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausahawan gagal dalam menjalankan usaha barunya, yaitu sebagai berikut :
1)      Tidak kompeten dalam hal manajerial.
2)      Kurang berpengalaman, baik dalam kemampuan teknik, memvisualisasikan usaha, mengkoordinasikan, mengelola sumber daya manusia, maupun mengintegraskan operasi perusahaan.
3)      kurang dapat mengendalikan keuangan.
4)      Gagal dalam perencanaan.
5)      Lokasi yang kurang memadai.
6)      Kurangnya pengawasan peralatan.
7)      Sikap yang kurang sunggguh-sungguh.
8)      Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausaaan.
Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan , Zimmerer (1996: 17) mengemmukan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur  dari kewirausahaan, yaitu yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1)      Pendapatan yang tidak menentu.
2)      Kerugian akibat hilangnya modal investasi.
3)      Perlu kerja keras dan waktu yang lama.
4)      Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya telah berhasil.

Kegagalan juga dapat ditimbulkan oleh dasar kelemahan yang bersumber pada sifat pribadi yang penuh keraguan, dan hidup tanpa pedoman ataupun orintasi yang tegas, misalnya sebagai berikut :
(1)   Suka meremehkan mutu.
(2)   Suka menerobos atau mengambil jalan pintas.
(3)   Tidak memliki kepercayaan diri.
(4)   Tidak disiplin.
(5)   Suka mengabaikan tanggung jawab.

Di samping faktor-faktor tersebut, kemampuan sesorang wirausajawan untuk meraih sukses juga dipengaruhi oleh lingkungan dan pola pendidikan yang diperoleh dari orang tua.

Ø  Keuntungan dan Kerugian Kewirauhaan
Peggy Lambing dan Charles L.Kuehl (2000:19-20) mengemukakan keuntungan dan kerugian berwirausaha sebagai berikut.
Keuntungan Kewirausahaan
(1)   Otonomi Pengelolaan. Yang bebas dan tidak terikat membuat wirausahawan menjadi seorang “bos” yang penuh kepuasan.

(2)   Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal atau perasaan bermotivasi yang tinggi merupakan hal yang mengembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausahawan.

(3)   Kontrol finansial. Wirausahawan memiliki kebebasan untuk mengelola keuangan dan merasakan kekayaan sebagai milik sendiri.

Kerugian Kewirausahaan
(1)   Pengorbanan personal. Pada awalnya, wirausahawan harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu yang tersedia untuk kepentingan keluarga ataupun berkreasi karena hampir sebagian besar waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
(2)   Beban tanggung jawab. Wirausahawan harus mengelola semmua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personal mauoun pengadaan dan pelatihan.

(3)   Kecilnya margin keuntunngan dan besarnya kemungkinan gagal. Karena wirausahawan menggunakan sumber dana miliknya sendiri, margin laba/ keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil.